Jakarta - Laba bersih PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara (Bank Sulut) pada 2010 tumbuh sekitar 115,47% menjadi Rp 89,72 miliar dari Rp 41,64 miliar pada 2009. "Kinerja kami tahun lalu cukup bagus seiring membaiknya perekonomian, khususnya di wilayah Sulut," kata Presiden Direktur Bank Sulut Jeffry J Wurangian saat berkunjung ke redaksi Investor Daily Jakarta, Senin (28/2). Menurut Jeffry, perekonomian Sulawesi Utara tahun 2010 tumbuh rata-rata 7,3 %, di atas rata-rata perekonomian nasional sekitar 6,1%.·Selain itu, perbaikan sarana teknologi dan informasi membuat nasabah Bank Sulut makin banyak yang otomatis menambah fee based income. "Seluruh jaringan kantor Bank Sulut kini terintegrasi secara online. Saat ini, nasabah dapat menikmati layanan SMS dan internet banking. Kami juga bekerja sama dengan sejumlah bank untuk layanan ATM (Anjungan Tunai Mandiri) guna memberi kenyamanan pada nasabah," katanya. Bank yang akan memperingati ulang tahun emas ke-50 pada 3 Juni 2011 ini, pada 2010 menyalurkan kredit sebesar Rp 3,04 triliun atau tumbuh 36,03% dibandingkan 2009 senilai Rp 2,23 triliun. Sedangkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tahun lalu sebesar Rp 2,90 triliun, tumbuh 29,93% dibandingkan 2009 senilai Rp 2,32 triliun.Jeffry menjelaskan, indikator-indikator rasio perseroan tahun lalu sangat bagus. Loan to deposit ratio (LDR) mencapai 86%. Capital adequacy ratio (CAR) 12,8%,dan non performing loan (NPL) 0,98%. Tak hanya itu, untuk memenangkan persaingan di pasar perbankan yang semakin ketat. Bank Sulut terus melakukan efisiensi, sehingga bunga kredit perseroan bisa terus diturunkan menjadi sekitar 9,75-12,5% dari sebelumnya mencapai 18%.Caranya antara lain dengan memperbesar dana tabungan yang berbunga rendah, sehingga meskipun bunga kredit diturunkan, bank masih bisa mendapat margin bunga (net interest marginfWM) cukup tinggi. Bank Sulut, kata Jeffry, terus mengembangkan bisnisnya ke berbagai wilayah. Saat ini, Bank Sulut mempunyai 43 kantor cabang, 37 cabang berada di Sulut, sedang sisanya berada di wilayah Jawa. "Kami melakukan terobosan dengan mendirikan sekitar 5-6 kantor cabang di Jawa. Kami optimistis bisa berkembang, dan terbukti pada 2010 keenam kantor cabang tersebut mampu menghimpun DPK senilai Rp 900 miliar," kata dia. Komposisi DPK Bank Sulut, kata dia, juga makin menyebar. Sekitar 30-40% merupakan dana milik Pemerintah Daerah (Pemda) Sulut, sisanya dari masyarakat Total nasabah simpanan perseroan sekitar 100 ribu, sedangkan nasabah pinjaman (debitor) mencapai 60 ribu. "Sekitar 80% debitor merupakan PNS sehingga pengembalian kredit cukup lancar," katanya. Rencana IPOGuna mendukung program BPD Regional Champion, Bank Sulut membutuhkan dukungan modal. Program tersebut di antaranya mengharuskan modal inti BPD pada 2014 mencapai Rp 1 triliun dan CAR minimal 15%. Untuk memperkuat modal, tambah Jeffry, pemegang saham sudah berkomitmen menyuntikkan modal Rp 60 miliar dalam waktu dekat ini. Dengan tambahan modal itu, Bank Sulut mempunyai fleksibelitas untuk ekspansi. Selain itu, perseroan berencana melaksanakan penawaran umum saham perdana (IPO) pada Juni 2011 dengan target dana sekitar Rp 200-300 miliar. "Dana itu dibutuhkan untuk menunjang operasional perseroan seiring meningkatnya bisnis dan aset" kata dia.Rencana IPO tersebut akan difinalisasi pada RUPS bulan Maret 2011 setelah dua kali RUPS sebelumnya menyetujui pelaksanaan IPO. "Jadi IPO itu pasti. Sebab hal itu sesuai dengan rancangan BPD Regional Champion," kata dia. Dengan target perolehan hasil IPO sekitar Rp 200-300 miliar, Bank Sulut diperkirakan melepas saham ke publik sekitar 30%. Jeffry menjelaskan, struktur kinerja perseroan saat ini memerlukan dukungan permodalan. Sebelumnya, manajemen telah mengajukan rencana serupa pada RUPS April 2009. Pihaknya kembali mengajukan rencana IPO yang sudah dimasukkan dalam rencana bisnis bank, melalui RUPS penentuan akhir Maret atau awal April 2011. "Jika pemegang saham memutuskan batal, kita akan ikuti. Tapi besar kemungkinan akan disetujui. Kami akan jelaskan tujuan IPO tersebut untuk pengembangan bisnis bank," papar dia. Menurut Jeffry, kinerja perseroan dalam empat tahun terakhir cukup pesat Hal ini terlihat pada peningkatanaset perseroan dari sekitar Rp 1,2 triliun pada 2006, menjadi Rp 4,36 triliun pada 2010. Meski demikian, peningkatan aset tidak diikuti dengan meningkatnya modal. Hal ini menjadi perhatian manajemen. "Kami tidak ingin Bank Sulut pertumbuhannya berjalan di tempat Bagaimana bisa mendukung BPD Regional Champion jika hanya zero growth? ujarnya. Jeffry menambahkan, Bank Sulut saat ini mulai dikenal masyarakat luas. Hal itu tercermin dari peningkatan DPK yang cukup signifikan. "Kita juga tidak mungkin menyetop dana pihak ketiga. Padahal, BPD sesuai namanya harus membangun. Jangan hanya main di money market? kata dia. Pihaknya optimistis, pelaksanaan IPO Bank Sulut akan direspons baik oleh masyarakat sehingga target dana yang diinginkan bisa tercapai. Hal ini berdasarkan pengalaman perseroan menerbitkan obligasi. Sejak 1985, perseroan telah menerbitkan empat obligasi dan pada 2009 sambutan dari masyarakat luar biasa. "Rencana awal penerbitan subdebt tersebut sekitar Rp 1 miliar. Nyatanya terserap Rp 10 miliar," katanya. Total obligasi yang diterbitkan Bank Sulut hingga saat ini sekitar Rp 400 miliar. Penyalur KUR Terbaik Jeffry menyebut Bank Sulut sebagai pisang emas. Meskipun asetnya tak sebesar PT Bank Jabar dan Banten Tbk, tetapi telah mendapat sejumlah penghargaan. Belum lama ini, Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan UKM memberi penghargaan kepada Bank Sulut sebagai BPD terbaik dalam penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) karena realisasinya mencapai 126,4%, melebihi target pemerintah pada 2010.Keberhasilan penyaluran KUR, ujar Jeffry, menyejajarkan Bank Sulut dengan beberapa bank papan atas nasional. "Meski Bank Sulut baru diberi kepercayaan menyalurkan KUR mulai semester 1-2010, tetapi pada akhir tahun sudah mampu mencapai realisasi jauh di atas target yang ditetapkan pemerintah," kata Jeffry. Salah satu strategi perseroan untuk mempercepat penyaluran KUR, kata dia, melalui sistem rekomendasi tokoh agama. Pihaknya percaya penuh dengan rekomendasi calon debitor dari tokoh agama setempat, tetapi tetap melihat kelayakan kredit sesuai persyaratan yang ditentukan. Sistem itu ternyata memberikan hasil yang sangat memuaskan, kredit tersebut semua lancar atau NPL nol persen. Rekomendasi tokoh agama, meskipun merupakan hal baru dan pertama kali diterapkan oleh perbankan di Indonesia untuk KUR mikro, ter-nyata cukup efektif menjaring pelaku usaha. "Terutama mtreka yang terkendala permodalan guna perluasan usaha," tambahnya. Jeffry mengatakan, selain keberhasilan menyalurkan KUR, Bank Sulut melakukan berbagai terobosan dan inovasi untuk memperbesar porsi kredit produktif yang selama ini masih sangat minim. "Tahun lalu kredit produktif Bank Sulut sekitar 22,47%. Tahun-tahun sebelumnya paling tinggi hanya bisa mencapai 15%," katanya.(Investor Daily) KINERJA KEUANGAN PT BANK SULUT TAHUN 2010 DAN 2009 (Rp Ribu) Uraian 2009 2010 Naik (Turun) % Total Aset 3.336.846 4.368.614 1.031.614 30,92 Kredit 2.237.999 3.044.430 806.431 36,03 - Produktif 198.532 684.196 485.664 244,63 - Konsumtif 2.039.467 2.360.234 320.767 15,73 Dana Pihak Ketiga 2.232.363 2.900.559 668.196 29,93 - Giro 507.511 664.911 157.400 31,01 - Tabungan 673.670 730.819 57.149 8,48 - Deposito 1.051.182 1.504.829 453.647 43,16 Modal Disetor 150.719 166.867 16.148 10,71 Modal Inti 204.841 253.325 48.484 23,67 Laba/Rugi Setelah Pajak 41.644 89.729 48.085 115,47 Ratio-ratio (%): - CAR 15,67 12,32 (3,35) - ROA 1,89 3,07 1,18 - ROE 19,68 36,37 16,69 - NPL 0,51 0,98 0,47 - LDR 100,25 104,96 4,71 - NIM 8,40 11,59 3,19 - BOPO 89,84 79,64 (10,20)