MANADO - Sulawesi Utara (Sulut) siap menjadi pintu gerbang Indonesia untuk masuk Asia Pasifik. Selain didukung letak geografis yang strategis, Sulut sudah memiliki infrastruktur, sumber daya alam, sumber daya manusia yang mendukung, dan pengusaha yang berminat berinvestasi di tanah Nyiur Melambai itu. Jika ada dukungan pusat yang lebih signifikan lagi, Sulut akan segera menjadi pintu gerbang Indonesia ke Asia Pasifik.sumber daya alam, sumber daya manusia yang mendukung, dan pengusaha yang berminat berinvestasi di tanah Nyiur Melambai itu. Jika ada dukungan pusat yang lebih signifikan lagi, Sulut akan segera menjadi pintu gerbang Indonesia ke Asia Pasifik. Demikian pokok-pokok pikiran dari pertemuan Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang dengan para pengusaha di Hotel Sintesa Peninsula Manado, Kamis Malam (7/10). Sarundajang yang tampil sebagai pembicara kunci pada acara Malam Baku Dapa antara Gubernur dan para pengusaha turut didampingi Presiden Direktur Lion Air Rusdi Kirana, Pemimpin Redaksi Investor Daily dan Suara Pemba-ruanPrimus Dorimulu, dan Staf Ahli Badan Anggaran DPR RI Benny Ratag. Malam bertajuk "Sinergitas Pemerintah dan Pengusaha" diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara bekerja sama dengan Bank Sulut dan Harian Manado Post Hadir dalam business gatheringitu, sekitar 150 orang Sarundajang mengatakan, impian menjadikan Sulawesi Utara pintu gerbang Indonesia ke Asia Timur dan Pasifik akan segera terwujud. Secara geostrategis, geopolitik, dan geoekonomi, Sulawesi Utara memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia, terutama keunggulan Sulawesi Utara yang berada di bibir Pasifik. Sulut saat ini sudah memiliki Bandara Sam Ratulangi dan Pelabuhan Bitung. Sarundajang mengatakan, bandara segera diperlebar dan pelabuhan akan diperluas. Tahun depan, pembangunan tol kota Manado-Pelabuhan Bitung segera dibangun. Berbagai jalur jalan akan diperlebar. "Pariwisata kini dikem-bangkan menjadi leading indicator yang menarik sektor lain," kata gubernur. Salah satu pengusaha yang sudah menunjukkan komitmen berinvestasi di Sulut adalah lion Air. Kamis kemarin, pembangunan hanggar Lion di Bandara Sam Ratulangi diresmikan gubernur. Presdir lion Air Rusdi Kirana menjelaskan, Lion sudah menetapkan Manado sebagai tempat pendidikan pramugari. "Kami memilih Sulut karena lokasi strategis dan pemda mendukung," kata Rusdi. Menanggapi hal itu, Benny Ratag dan Primus Dorimulu mengatakan, Indonesia harus mampu menangkap peluang-peluang ekonomi saat ini yang telah bergeser dari Eropa ke Asia Pasifik. Salah satu daerah yang sangat strategis dan kompetitif dalam percaturan ekonomi dunia kini dan masa depan adalah Sulawesi Utara. Karena itu, peran daerah ini bagi pembangunan ekonomi Indonesia akan menjadi sangat signifikan, bahkan dapat menjadi lokomotif ekonomi Indonesia. Kirana mengakui, sebagai pelaku usaha transportasi udara, pihaknya sudah melihat peran sentral Sulawesi Utara dalam penerbangan Asia Timur dan Pasifik. "Posisi strategis Manado (Sulawesi Utara) tidak berbeda dengan Singapura. Karena itu, Lion Air menangkap peluang ini dan menjadikan Manado sebagai hub penerbangan dari Indonesia ke Asia Timur dan Pasifik," kata Kirana. Guna mendorong upaya percepatan menjadikan Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang Indonesia ke Asia Pasifik, Lion Air,lanjutnya, telah memulai pembangunan hangar. Hal ini menjadi bukti serius bahwa daerah ini sangat kompetitif dan dapat menjadi alternatif baru bagi penerbangan regional dan internasional. Primus mengatakan, daya kompetisi perekonomian global akan semakin kuat Karena itu, Sulawesi Utara dapat menjadi salah satu alternatif bagi Indonesia untuk memecahkan kebuntuan ekonomi yang cenderung berpusat di wilayah Indonesia bagian barat Jadi, apabila dalam bidang perdagangan luar negeri dapat dimunculkan pusat-pusat pertumbuhan baru atau pintu-pintu baru, maka ini akan memberikan banyak keuntungan ekonomi. Dengan demikian, produk ekspor dari Sulawesi Utara dapat langsung diekspor ke negara tujuan tanpa harus lebih dulu mampir ke Pelabuh-an Tanjung Priok dan Tanjung Perak. Menurut Sarundajang, proses ekspor seperti ini telah membuat produk ekspor Sulawesi Utara tidak kompetitif. Sebab, sesudah dibawa ke pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak, produk-produk tersebut harus dibawa ke Singapura sebelum dikirim ke negara tujuan. Proses sangat panjang dan mahal inilah yang membuat daya saing kita di pasar global lemah. "Inilah relevansi dari gagasan brilian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadikan Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang RI ke Asia Timur dan Pasifik. Gagasan ini saya perkirakan bakal mampu mengatasi kebuntuan perekonomian nasional, seperti halnya pemimpin Tiongkok Deng Xhiao Ping saat memecahkan kebuntuan perekonomian Tiongkok sebelum era 80-an. Deng ternyataitidak mau bertahan atau bergantung hanya pada pintu gerbang Shanghai dan Beijing semata, dia membuka pintu-pintu baru, Shen-Shen, Guang Zhou, Hainan, dan sejumlah pintu lain," tegas Sarundajang. Lebih lanjut Sarundajang menambahkan, berbagai persiapan sudah dilakukan pemerintah terutama menyiapkan infrastruktur yang memadai seperti pelabuhan dan bandara. Persiapan lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah kesiapan SDM. Menurut Dr Agus Poputra, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi, kesiapan SDM adalah masalah serius yang perlu ditangani secara terencana. Peluang-peluang usaha di Sulawesi Utara yang sudah terbuka lebar harus dapat didukung dengan ke-, siapan SDM yang kompetitif. "Kita jangan menjadi tamu di negeri sendiri. Kita harus kerja keras," kata pengusaha Sulut Hengky Wijaya. (SP)